Showing posts with label Kimia Analisis. Show all posts
Showing posts with label Kimia Analisis. Show all posts
Analisis Makro, Semi Mikro, Mikro-Ultramikro dan Ultra-Ultra Mikro

Analisis Makro, Semi Mikro, Mikro-Ultramikro dan Ultra-Ultra Mikro

23:18 Add Comment

Berdasarkan banyaknya contoh metode analisis digolongkan menjadi lima yaitu: analisis makro, semimikro, mikro, ultramikro dan ultra-ultra mikro.
Analisis Makro
Analisis Makro adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan contoh atau cuplikan ≥ 0.1 g). Contoh analisis ini adalah analisis kadar air, kadar lemak, kadar abu, kadar serat kasar, kadar protein dan analisis kadar karbohidrat.
b) Analisis Semi Makro
Analisis semi mikro adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan contoh atau cuplikan 10-100 mg.
c) Analisis Mikro
Analisis mikro adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan contoh atau cuplikan 1-10 mg
d) Analisis Ultramikro
Analisis mikro adalah analisis yang dilakukan dengan menggunakan contoh atau cuplikan kurang dari 1 mg.

Teknik Pengambilan Sampel Air Limbah Industri (Sampling Zat Cair)

23:15 1 Comment
teknik sampling air limbah industri

Analisa sampel yang berupa air umumnya dilakukan di daerah hilir sungai yang telah terkena pencemaran oleh limbah penduduk dan limbah industri. Untuk kasus analisa percemaran air sungai perlu dilakukan pengambilan sampel (sampling) yang beragam. Hal tersebut dikarenakan air sungai telah mengalami perubahan selama berhari-hari atau lebih. Oleh karena itu untuk memperoleh sampel yang mewakili keadaan sesungguhnya, maka dipilih tiga jenis sampel, yaitu: sampel sesaat, sampel gabungan waktu dan sampel gabungan tempat.



Jenis-Jenis Sampel Air dalam Teknik Sampling

1) Sampel Sesaat

Pada dasarnya metode pengambilan sampel sesaat ini dapat dipakai untuk sumber alamiah, tetapi tidak mewakili keadaan air buangan atau sumber air yang banyak dipengaruhi bahan buangan. Apabila suatu sumber air atau air buangan diketahui mempunyai karakteristik yang banyak berubah, maka beberapa sampel sesaat diambil berturut-turut  pada jangka waktu tertentu dan melakukan pemeriksaan secara terpisah. Jangka waktu pengambilan sampel tersebut dapat berkisar antara 5 menit sampai 1 jam atau lebih dan periode pekerjaan pengambilan sampel dilakukan selama 24 jam. Sampel sesaat dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan beberapa parameter seperti pengukuran suhu, pH, kadar gas terlarut, oksigen terlarut, karbon dioksida, sulfida, sianida dan klorin.

2) Sampel Gabungan Waktu

Metode pengambilan sampel gabungan waktu tidak dapat dilakukan untuk pemeriksaan beberapa unsur yang memerlukan pemeriksaan sampel sesaat. Umumnya pengambilan sampel dilakukan terus-menerus selama 24 jam. Namun dalam beberapa pengambilan sampel perlu dilakukan secara intensif untuk jangka waktu yang lebih pendek, misalnya hanya selama periode beroperasinya industri atau selama terjadinya proses pembuangan limbah. Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan sampel gabungan waktu adalah setiap sampel yang dicampurkan harus mempunyai volume yang sama. Apabila volume akhir dari suatu sampel gabungan 2 liter sampai 3 liter, maka sampel diambil sebanyak 100 sampai dengan 120 mL setiap selang waktu 1 jam selama periode 24 jam. Adapun hasil pemeriksaan sampel gabungan waktu menunjukkan keadaan rata-rata dari tempat tersebut dalam suatu periode.

Baca JugaTahapan dan Metode Pengolahan Limbah Cair Industri

3) Sampel Gabungan Tempat

Metode pengambilan sampel gabungan tempat berguna apabila diperlukan pemeriksaan kualitas air dari suatu penampang aliran sungai yang dalam atau lebar, atau bagian-bagian penampang tersebut memiliki kualitas yang berbeda. Umumnya metode ini tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air danau atau waduk, sebab kualitas air danau atau waduk menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya karena kedalaman atau lebarnya. Untuk pemeriksaan kualitas air danau atau waduh selalu digunakan metode pemeriksaan secara terpisah. Adapun hasil pemeriksaan sampel gabungan tempat menunjukkan keadaan rata-rata dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan.


Cara Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis tergantung dari keperluan dan fasilitas yang ada. Masing-masing cara mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Hal-hal yang perlu dipastikan dalam melaksanakan prosedur pengambilan sampel (khususnya sampel air), yaitu:
1. Sampel yang diambil dapat mewakili sumber daya air yang bersangkutan.
2. Terhindar dari kontaminasi sekunder (zat pengotor).
3. Sifat fisik dan kimia sampel air dipertahankan sampai pada proses analisa. 

1) Cara Manual

Pengambilan sampel secara manual mudah diatur waktu dan tempatnya, serta dapat menggunakan bermacam-macam alat sesuai dengan keperluannya. Apabila diperlukan volume sampel yang lebih banyak, sampel dapat diambil lagi dengan mudah. Selain itu biaya pemeliharaan alat dengan cara ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan cara otomatis. Akan tetapi keberhasilan pengambilan sampel secara manual sangat tergantung pada keterampilan petugas yang melaksanakannya. 

Pengambilan sampel secara manual yang berulang-ulang dapat menyebabkan perbedaan perlakuan yang dapat mengakibatkan perbedaan hasil pemeriksaan kualitas air. Pengambilan sampel secara manual sesuai untuk diterapkan pada pengambilan sampel sesaat pada titik tertentu dan untuk jumlah sampel yang sedikit. Sedangkan untuk pengambilan sampel yang rutin dan berulang-ulang dalam periode waktu yang lama cara manual memerlukan biaya dan tenaga kerja yang besar.

2) Cara Otomatis

Pengambilan sampel cara otomatis sesuai untuk pengambilan sampel gabungan waktu dan sampel yang diambil rutin secara berulang-ulang. Sampel dapat diambil pada interval waktu yang tepat secara terus-menerus dan secara otomatis dapat dimasukkan ke dalam beberapa botol sampel secara terpisah atau ke dalam satu botol untuk mendapatkan sampel campuran. Hasil rata-rata selama periode pengukuran diketahui berdasarkan pemeriksaan sampel komposit. Adapun parameter seperti: oksigen terlarut, pH, suhu, logam terlarut dan bakteri tidak dapat diperiksa melalui pemeriksaan sampel air komposit. Hal ini disebabkan karena parameter tersebut dapat berubah oleh waktu atau dihasilkan suatu reaksi kimia antara zat-zat tersebut dari sampel-sampel yang berlainan.

Dewasa ini telah banyak peralatan mekanis yang dapat digunakan untuk mengambil sampel cara otomatis yang dirancang sesuai dengan keperluan pemakainya. Beberapa alat pengambil sampelotomatis dirancang khusus yang dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan karakteristik sumber air dan air limbah setiap waktu, debit air setiap waktu, berat jenis cairan dan kadar zat tersuspensi, serta terdapatnya bahan-bahan yang mengapung. Akan tetapi pengambilan sampel secara otomatis memerlukan biaya yang lebih mahal untuk konstruksi alat dan pemeliharaannya, serta memerlukan tenaga operator yang terlatih. Metode : SNI 03-7016-2004 tentang tata cara pengambilan sampel dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai.


Pengertian, Jenis dan Contoh Teknik Sampling

15:33 Add Comment
teknik sampling

Sampel (sample) merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (lot atau batch). Sedangkan populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang menjadi perhatian untuk diteliti. Sampel dan populasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Sehingga pengambilan sampel yang benar akan mendekati kebenaran dari sebuah populasi.



Pengertian Teknik Sampling

Pengambilan sampel merupakan upaya mengambil sejumlah atau sebagian bahan atau barang (sampel) yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu sehingga bagian barang atau bahan yang diambil bersifat mewakili (representatif) keseluruhan barang atau bahan (populasi). Sampel yang bersifat mewakili adalah sampel yang diperoleh dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang sesuai untuk menghasilkan keberhasilan yang tepat terhadap sumber sampel. Dari penjabaran diatas maka dapat diambil pengertian bahwa teknik pengambilan sampel adalah kemampuan untuk mendapatkan sejumlah sampel yang mewakili populasi.

Dasar Pertimbangan dalam Teknik Sampling

Dasar pertimbangan dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan, yaitu:
1) Efisiensi waktu dan biaya
2) Ketelitian (presisi)

Seorang peneliti dalam melakukan pengambilan sampel harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan untuk memperoleh tingkat ketelitian (presisi) dari sampel yang diambil. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sampel harus cepat dengan biaya yang dikeluarkan relatif murah. Dan sampel yang diambil harus memiliki ketelitian tinggi terhadap keterwakilan keseluruhan populasi.

Jenis-Jenis Teknik Sampling

Teknik sampling secara umum dibedakan ke dalam 2 kelompok, yaitu: probability sampling dan non-probability sampling.

Probability Sampling (Pengambilan Sampel dengan Peluang)

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel jenis ini meliputi: 

1) Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak)
Teknik random sampling digunakan untuk menghilangkan kemungkinan bias pada sampel. Sampel diambil secara acak dari semua anggota populasi tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi tersebut. Teknik ini dapat dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen.
diagram teknik random sampling

2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik proportionate stratified random sampling digunakan apabila populasi mempunyai anggota/ karakteristik yang tidak homogen dan berstrata secara proportional. Contoh penerapannya adalah pada pengambilan sampel dalam suatu organisasi mempunyai personil yang terdiri dari latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu: SLTP, SLTA, S1, dan S2 dengan jumlah setiap kelas pendidikan juga berbeda. Oleh kerena jumlah anggota populasi untuk setiap strata pendidikan tidak sama atau bervariasi maka jumlah sampel yang diambil harus meliputi seluruh strata pendidikan yang diambil secara proporsional.
diagram teknik sampling proposional berstrata

3) Disproportionate Random Sampling
Teknik disproportionate random sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Contoh penerapannya adalah pada pengambilan sampel dalam sebuah perusahaan mempunyai personil sebagai berikut: 3 orang S3, 5 orang S2, 100 orang S1, 800 orang SLTA, dan 700 orang SLTP. Dalam pengambilan sampel maka personil yang berijazah S2 dan S3 semuanya harus diambil sebagai sampel, karena kedua kelompok tersebut memiliki jumlah yang terlalu kecil jika dibandingkan dengan kelompok lainnya.


4) Cluster Sampling (pengambilan sampel daerah)
Teknik cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila populasi yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan. Teknik cluster sampling dilakukan dalam dua tahap yaitu:
a. Menentukan sampel daerah
b. Menentukan orang-orang yang ada pada daerah dengan cara pengambilan sampel pula
diagram teknik cluster sampling


Non-probability Sampling (Pengambilan Sampel Tanpa Peluang)

Non-probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tanpa memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ini meliputi:

1) Pengambilan Sampel Sistematis
Teknik pengambilan sampel sistematis adalah teknik pengambilan sampel dengan cara penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Contohnya dalam pengambilan sampel dengan jumlah anggota  populasi sebanyak 200 orang. Mulanya anggota populasi diberi nomor urut dari no 1 sampai nomor 200. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan memilih nomor urut ganjil, atau genap, atau kelipatan dari bilangan tertentu, seperti bilangan 5 dan lain sebagainya. 

2) Pengambilan Sampel Kuota
Pengambilan sampel kuota adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah (quota) yang diinginkan. Contohnya dalam pengambilan sampel pegawai golongan II pada suatu instansi dan penelitian dilakukan secara kelompok. Jumlah sampel ditetapkan 100 orang sementara peneliti sebanyak 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas dengan karakteristik yang telah ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

3) Pengambilan Sampel Aksidental
Pengambilan sampel aksidental adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan. Setiap benda atau siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel apabila cocok dengan yang diperlukan sebagai sumber data.

4) Pengambilan Sampel Tertentu (Purposive Sampling)
Pengambilan sampel tertentu adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk tujuan atau pertimbangan tertentu saja. Contohnya apabila akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.

5) Pengambilan Sampel Jenuh
Pengambilan sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain dari pengambilan sampel jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

6) Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel awal dalam jumlah kecil sebagai informan untuk mendapatkan sampel dalam jumlah besar. Contohnya, penelitian mula-mula dilakukan dalam sampel jumlah kecil (informan kunci) kemudian setiap sampel tersebut disuruh memilih sampel berikutnya, yang pada akhirnya jumlah sampel akan bertambah banyak seperti bola salju yang bergelinding makin lama makin besar.

7) Pengambilan Sampel Seadanya
Pengambilan sampel seadanya adalah pengambilan sampel sebagian dari populasi berdasarkan data seadanya atau kemudahan mendapatkan data tanpa perhitungan apapun mengenai keterwakilan sampel terhadap populasi. Sehingga dalam pembuatan kesimpulan masih sangat kasar dan bersifat sementara (hipotesis).

Titrasi Argentometri Metode Fajans, Prinsip Dasar, Prosedur Kerja, dan Penerapan dalam Analisis

23:06 Add Comment
titrasi argentometri metode fajans

Pada titrasi argentometri metode fajans digunakan indikator adsorbsi untuk mengetahui titik akhir titrasi. Senyawa yang sering digunakan sebagai indikator adsorpsi adalah fluorescein (HFl). Berbeda dengan indikator metode lainnya, indikator adsorbsi tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan. Endapan  yang terbentuk harus dijaga dalam bentuk koloid. Endapan yang dihasilkan berwarna merah muda dan warna tersebut cukup kuat untuk dijadikan sebagai indikator visual penanda titik akhir titrasi. Dikarenakan penyerapan terjadi pada permukaan endapan, maka pada saat titrasi permukaan endapan diusahakan seluas mungkin. Hal tersebut dimaksudkan supaya perubahan warna pada permukaan endapan tampak jelas.

Prinsip Dasar Titrasi Argentometri Metode Fajans 

Pada titrasi argentometri dengan metode fajans ada dua tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein), yaitu:  

Tahap sebelum titik ekivalen tercapai

Saat titrasi berlangsung, ion halida (X-) dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ag+ + X- → AgX : X- Na+ 

Tahap setelah titik ekivalen tercapai 

Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada kelebihan AgNO3 yang ditambahkan Ag+ akan berada pada permukaan primer yang bermuatan positif menggantikan kedudukan ion halida (X-). Bila hal ini terjadi maka ion indikator (Ind-) yang bermuatan negatif akan diabsorpsi oleh Ag+ (atau oleh permukaan absorpsi). Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah muda telah terbentuk. Reaksinya adalah sebagai berikut: 
AgX : Ag+ + Ind- → AgX : Ag+ Ind- (merah muda)

Titik akhir titrasi argentomerti metode fajans dapat diketahui berdasarkan tiga macam perubahan, yakni:
a)  Endapan yang pada awalnya putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan menggumpal.
b)  Larutan yang pada awalnya keruh menjadi lebih jernih.
c)  Larutan yang pada awalnya kuning hijau menjadi hampir tidak berwarna.

Adapun kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah banyak diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya (fotosensitifasi) dan menyebabkan endapan terurai. Dan juga titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, sehingga penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus diperoleh dengan cepat.

Prosedur Kerja Titrasi Argentometri Metode Fajans

Standarisasi Larutan Agno3 dengan Larutan Standar NaCl

Tujuan:
Menstandarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCl secara titrasi argentometri metode fajans.  
Cara Kerja:
1)    Siapkan larutan standar NaCl 0,1N dengan cara melarutkan sebanyak 5,8 gram NaCl (yang telah dikeringkan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 1100C) ke dalam akuades dalam gelas kimia 100 ml. Kemudian pindahkan ke labu ukur 1000 ml dan tambahkan akuades sampai tanda batas.
2)    Ambil 25,00 ml larutan NaCl tersebut dengan pipet volume, tuangkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml.
3)    Tambah dengan 0,4 ml indikator diklorofluoroscein dan 0,1 gram dekstrin.
4)    Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1N yang telah disiapkan, sampai pertama kali
terbentuk warna merah muda pada permukaan endapan AgCl yang terbentuk
5)    Percobaan diulang 3 kali
6)    Hitung normalitas larutan AgNO3.
rumus menghitung konsentrasi perak nitrat pada titrasi argentometri

Penerapan Titrasi Argentometri Metode Fajans dalam Analisis 

Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Dapur

Tujuan:
Menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandarisasi larutan garam dapur dengan larutan standar AgNO3 secara titrasi argentometri metode fajans.
Cara kerja:
1)    Dilarutkan 1,00 gram garam dapur (yang telah dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 1100C) ke dalam aquades di dalam labu ukur 250 ml.
2)    Diambil 25,00 ml larutan tersebut dengan pipet volume, dituangkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, ditambah 0,4 ml larutan dikhlorofluorescein dan 0,1 gram dekstrin.
3)    Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna merah muda pada permukaan endapan AgCl, berarti titik akhir titrasi tercapai.
4)    Percobaan diulang 3 kali
5)    Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur.
rumus menghitung kadar nacl dalam garam dapur secara argentometri
FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini adalah 250/25 

Penentuan Konsentrasi Ion Klorida (Cl-) dalam Air Laut

Tujuan:
Menentukan konsentrasi (Molaritas) ion klorida (Cl-) dalam air laut dengan cara menstandarisasi sampel air laut dengan larutan standar AgNO3 secara titrasi argentometri metode fajans.
Cara Kerja:
1)    Ambil 5,00 ml sampel air laut dengan pipet volume, tuangkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, tambah dengan 25 ml aquades.
2)    Asamkan larutan tsb sampai pH menjadi ± 4, dengan larutan asam asetat (asam asetat : H2O = 1 : 3) karena air laut mengandung karbonat.
3)    Tambah dengan 0,4 ml larutan diklorofluororescein dan 0,1 gram dekstrin.
4)    Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna merah muda pada lapisan endapan putih AgCl yang telah terbentuk.
5)    Percobaan diulang 3 kali
6)    Hitung molaritas ion Cl- dalam air laut.
rumus menghitung konsentrasi klorida dalam air laut secara argentometri

Penentuan Kadar Sulfat

Tujuan:
Menentukan kadar sulfat dengan titrasi argentometri metode fajans
Prinsip:
Titrasi dilakukan pada pH 3,5 di dalam campuran air dan alkohol pada perbandingan 1 : 1. Ion sulfat diendapkan sebagai BaSO4 dengan penitrasi BaCl2 menggunakan indikator Alizarin Red. Pada awal indikator berwarna kuning di dalam larutan tetapi akan membentuk warna merah muda dengan kelebihan ion barium (II).
Adapun mekanisme reaksi untuk titik akhir titrasi penentuan sulfat ini adalah sebagai berikut:
Selama titrasi (sebelum TE).
Ba2+ + SO42- → BaSO4 : SO42- Mn+
Sesudah TE :
BaSO4 : Ba2+ + Ind- → BaSO4 : Ba2+ Ind- (merah muda)

Cara kerja:
1)    Ambil 10,00 ml larutan (NH4)2SO4 0,1M dengan pipet volume, tuangkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
2)    Tambah dengan aquades 25 ml dan methanol 25 ml
3)    Tambah 2 tetes indikator alizarin red dan larutan HCl encer (1:10) tetes demi tetes sampai larutan berwarna kuning.
4)    Titrasi secara cepat dengan larutan BaCl2 0,05 M sampai mendekati titik ekivalen (sekitar 90%). Tambahkan 3 tetes lagi indikator.
5)    Titrasi dilanjutkan sampai terbentuk warna merah muda yang hilang kembali
(tidak permanen). Titik akhir titrasi tercapai jika telah terbentuk warna merah
muda yang permanen.
6)    Percobaan dilakukan 3 kali
7)    Hitung molaritas (M) ion sulfat yang ada dalam sampel.
rumus menghitung konsentrasi sulfat secara argentometri

Titrasi Argentometri Metode Volhard, Prinsip Dasar, Prosedur Kerja, dan Penerapan dalam Analisis

23:26 1 Comment
titrasi argentometri metode volhard

Pada metode volhard larutan garam perak dititrasi dengan larutan garam tiosianat di dalam suasana asam, sebagai indikator digunakan larutan garam feri (Fe3+), sehingga membentuk senyawa kompleks feritiosianat yang berwarna merah. Titrasi argentomentri metode volhard harus dalam suasana asam. Oleh karena itu maka ditambahkan larutan asam nitrat 0,5 – 1,5 N ke dalam sampel (analit). Apabila titrasi terjadi dalam suasana basa maka menyebabkan ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3, sehingga titik akhir tidak dapat dicapai.

Prinsip Dasar Titrasi Argentometri Metode Volhard

Pada metode ini sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar AgNO3 yang tidak bereaksi dengan ion X- dititrasi dengan larutan standar tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+). Reaksinya sebagai berikut:
Ag+ (berlebih) + X-  → AgX ↓ + Ag+ (sisa)
Ag+ (sisa) + SCN- → AgSCN ↓
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ (merah)

Titrasi argentometri metode volhard dapat dipakai untuk penentuan kadar klorida, bromida, iodida dan tiosianat pada larutan sampel. Pada penentuan ion Cl- cara tidak langsung dapat menyebabkan kesalahan yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan  endapan AgCl lebih mudah larut dari pada AgSCN (Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 dan Ksp AgSCN = 1,2 x 10-12) jadi AgCl yang terbentuk cenderung larut kembali. Reaksinya adalah sebagai berikut:
AgCl + SCN- → AgSCN + Cl-

Oleh karena Ksp AgCl > Ksp AgSCN, reaksi di atas cenderung bergeser ke kanan. Jadi SCN- tidak hanya dipakai untuk kelebihan Ag+, tetapi juga oleh endapan AgCl sendiri. Oleh karena demikian maka untuk mencegah AgCl larut kembali dapat dilakukan dengan cara:
a)     Menyaring endapan AgCl yang terbentuk, filtrat dengan air pencuci dititrasi dengan Larutan Standar SCN-.
b)     Endapan AgCl dikoagulasi sehingga menjadi kurang reaktif dengan cara mendidihkan kemudian campuran didinginkan dan dititrasi.
c)     Menambahkan nitrobenzena atau eter sebelum melakukan titrasi kembali dengan Larutan Standar SCN-.

Pada penentuan bromida dan iodida cara tidak langsung tidak menyebabkan gangguan dikarenakan Ksp AgBr hampir sama dengan Ksp AgSCN dan Ksp AgI lebih besar daripada Ksp AgSCN. Namun penambahan indikator Fe3+ harus dilakukan setelah penambahan AgNO3 berlebih, untuk menghindari reaksi:
Fe3+ + 2I- → Fe2+ + I2

Prosedur Kerja Titrasi Argentometri Metode Volhard

Standarisasi Larutan Amonium Tiosianat (NH4SCN) dengan Larutan Standar AgNO3

Tujuan :
Menstandarisasi larutan NH4SCN dengan larutan standar AgNO3 menggunakan titrasi argentometri metode volhard.
Cara kerja :
1)     Siapkan larutan AgNO3 yaitu dengan melarutkan 9,00 gram AgNO3 kedalam 1000 ml.
2)     Siapkan larutan NH4SCN 0,1 N dengan cara melarutkan 7,60 gram NH4SCN.
3)     Ambil 25,00 ml larutan standar AgNO3 0,10 N dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 5 ml larutan Fe(NH4)2SO4 N sebagai indikator.
4)     Titrasi larutan NH4SCN (yang sudah disiapkan) sampai pertama kali terbentuk warna merah kecoklatan.
5)     Percobaan dilakukan 3 kali (triplo).
6)     Hitung normalitas (N) NH4SCN dengan cara :
rumus menghitung konsentrasi pada titrasi metode volhard

Penerapan Titrasi Argentometri Metode Volhard dalam Analisis

Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Dapur

Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan menggunakan titrasi argentometri metode volhard.
Cara Kerja :
1)     Larutkan 1,00 gram sampel garam dapur (telah dikeringkan dalam oven selama 1 jam, suhu 110oC) dengan aquades di dalam labu ukur 250 ml.
2)     Ambil 25,00 ml larutan garam dapur tersebut dengan pipet volume tuangkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml.
3)     Tambahkan 1 ml asam nitrat 4 M dan 5 ml larutan Fe(NH4)SO4 1N.
4)     Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan berlebih tetapi harus
diketahui secara pasti volume yang terpakai) ke dalam larutan yang ada dalam
erlenmeyer.
5)     Tambahkan 15 ml nitro benzena, kemudian labu erlenmeyer ditutup dan dikocok secara merata sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh nitro benzena.
6)     Sisa AgNO3 yang tak bereaksi dengan ion klorida (Cl-) dititrasi dengan larutan standar NH4SCN menggunakan indikator larutan Fe(NH4)SO4 1 N sebanyak 5 ml. Titik akhir titrasi dicapai pada saat pertama kali terbentuk warna merah kecoklatan.
7)     Percobaan dilakukan 3 kali
8)     Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur dengan persamaan:
rumus menghitung kadar sampel pada titrasi metode volhard

Penentuan Konsentrasi Klorida dalam Air Laut

Tujuan :
Penentuan konsentrasi klorida (Cl-) dalam air laut dengan titrasi argentometri
metode volhard.
Cara kerja :
1)     Ambil 5,00 ml sampel air laut dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2)     Lalu tambahkan 1 ml larutan HNO3 4M dan 5 ml larutan FeNH4(SO4)2 1N.
3)     Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan berlebih tetapi harus
diketahui secara pasti volume yang terpakai) ke dalam larutan di atas.
4)     Tambahkan 15 ml nitrobenzena, kemudian labu erlenmeyer ditutup dan
dikocok secara merata sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh nitrobenzena.
5)     Sisa AgNO3 yang tak bereaksi dengan ion klorida (Cl-) dititrasi dengan larutanstandar NH4SCN menggunakan indikator Fe(NH4)SO4 1N sebanyak 5 ml.
6)     Titik akhir titrasi dicapai pada saat pertama kali terbentuk warna merah kecoklatan.
7)     Percobaan diulang 3 kali
8)     Hitung molaritas (M) ion klorida dalam air laut.
rumus menghitung konsentrasi sampel pada titrasi metode volhard