Unik, Ilmuan Ciptakan Batu Bata dari Air Kencing Manusia

20:31
air kencing manusia sebagai bahan batu bata

Infokimia.com - Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat para ilmuan berlomba-lomba menciptakan penemuan baru untuk mendukung aktivitas manusia. Penemuan baru tersebut umumnya dikembangkan melalui pengolahan limbah menjadi barang yang dapat dipergunakan kembali dan memiliki mutu yang tinggi.

Salah satu penemuan terbaru saat ini adalah pembuatan batu bata yang ramah lingkungan dari air kencing (urine) manusia. Riset tersebut dilakukan oleh Dyllon Randal dari Cape Town University dan kemudian diberi nama "Bio-Bata". Pembuatan bio bata dilakukan dengan mencampur pasir dan bakteri pemecah urea dalam urin (urase). Pencampuran pasir, urin dan bakteri menghasilkan kalsium karbonat (batu kapur). 

Proses yang terjadi dalam pembuatan Bio-Bata dalam proses presipitasi karbonat mikrobial. Proses tersebut sama halnya dengan proses pembentukan batu karang di dalam laut.

Keunggulan Bio-Bata dibandingkan batu bata konvensional

Keunggulan Bio-Bata adalah kekuatan (daya tahan) yang dapat diatur. pengaturan tersebut dilakukan dengan variasi waktu bakteri dibiarkan tumbuh. Semakin lama bakteri  dibiarkan tumbuh maka akan menghasilkan semen yang lebih banyak. sehingga semakin kuat produk bio-bata yang dihasilkan.


Pembuatan batu bata pada umumnya dilakukan dengan pembakaran pada suhu 1.400 derajat celcius dengan menggunakan alat pengeringan. Pembakaran tersebut menimbukan efek samping meningkatkannya karbon dioksida di udara sehingga menjadi permasalahan lingkungan. Sedangkan proses pembuatan bio-bata dengan air kencing menghasilkan limbah nol, dikarenakan luaran dari proses tersebut adalah unsur nitrogen dan kalium yang dapat digunakan sebagai pupuk komersil.

Penggunaan limbah organik air kencing sebagai bahan baku pembuatan batu bata memiliki manfaat yang besar untuk sektor kontruksi. Hal tersebut dikarenakan bahan yang digunakan mudah diperoleh dan dapat diperbaharui. Sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan pemeliharaan struktur yang dipakai.

Penelitian tentang pembuatan Bio-Bata terus dikembangkan

Riset tentang material konstruksi terus-menerus dikembangkan oleh ilmuan sejak abad 20. Ide tentang material penyusun beton dari kalsium karbonat sudah ada sejak zaman romawi. Arsitektur pada zaman tersebut menggunakan senyawa yang mengandung kalsium karbonat untuk menguatkan kontruksi pilar-pilar gedung. Pengetahuan tersebut masih digunakan sampai dengan saat ini.

Pada jurnal American Mineralogist yang dipublikan pada tahun 2017 menyebutkan bahwa beton Romawi mengandung mineral langka seperti tobermorite dan philipsite. Mineral tersebut dapat mengkristal apabila terkena air laut atau uap air laut. Sehingga menjadikan beton semakin seiring dengan bertambahnya usia.

Saat ini tim dari Cape Town University belum mengembangkan Bio-Bata sampai skala produksi. Namun pengembangan yang dilakukan masih sebatas menemukan rekomendasi yang tepat untuk proses konstruksi di masa depan.

Pertanyaannya adalah Bagaimana mengoptimalkan penggunaan air kencing (urine) sebagai bahan baku utama pembuatan Bio-Bata?

(Sumber: www.liputan6.com)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »